Xabi Alonso resmi menjabat sebagai pelatih Real Madrid mulai 1 Juni 2025, setelah sukses besar bersama Bayer Leverkusen, termasuk membawa klub meraih treble Bundesliga dan DFB‑Pokal pada musim sebelumnya. Ia pun menandatangani kontrak hingga 30 Juni 2028.
🎯 Menyatukan Tiga Pemain Bintang: Membangun Ulang Versi Terbaik Mereka
Misi utama Alonso adalah membangkitkan kembali potensi maksimal dari tiga pemain muda yang sebelumnya pernah tampil gemilang, namun sempat menurun performanya:
-
Trent Alexander‑Arnold
-
Federico Valverde
-
Jude Bellingham (yang meskipun tampil gelap‑terang, masih menjadi salah satu fokus peningkatan kualitas permainan)
Alonso tidak saja ingin mengembalikan performa, tetapi juga membangun mentalitas dasar para pemain seperti Vinícius, Asensio, dan lainnya agar kembali dapat bersinar dalam skema yang ia terapkan.
🔄 Skema Taktik Baru: Dari 4‑3‑3 ke Formasi Modern
Alonso mulai menerapkan pendekatan taktis yang lebih terstruktur:
-
Pindah dari formasi tradisional 4‑3‑3 ke skema tiga bek tengah dengan wing-back menyerang, seperti yang ia lakukan di Leverkusen.
-
Sistem melibatkan Militao, Rüdiger, Huijsen sebagai tiga bek tengah, dengan Alexander‑Arnold dan Fran García sebagai wing-back yang agresif menyerang.Di lini tengah, kombinasi Valverde, Bellingham, dan Güler diharapkan mampu menjaga keseimbangan antara transisi ofensif dan defensif tubuh tim.
Pada laga-laga awal di Piala Dunia Antarklub, strategi ini berhasil meningkatkan performa kolektif dan memberi hasil positif, mulai dari menguasai laga hingga meningkatkan kontribusi individu pemain muda.
🔄 Intervensi Takwi Taktis yang Krusial
Salah satu momen paling menonjol datang saat laga melawan Pachuca di fase grup turnamen. Saat Real tertekan, Alonso melakukan ‘hidrasi break’ untuk seluruh tim dan melakukan perubahan struktur dari 4‑3‑3 ke 1‑4‑4‑1:
-
Valverde diposisikan di tengah bersama Bellingham.
-
Güler digunakan di kanan, sementara Gonzalo di kiri.
-
Vinícius dibuat sebagai referensi tunggal di depan.
-
Masuknya Brahim Díaz serta kombinasi Modric–Ceballos memperkuat penguasaan bola di babak kedua.
Hasilnya: Real mendominasi dengan 65% penguasaan bola dan berhasil menang dengan efektifitas ofensif tinggi.
⚖️ Tantangan Adaptasi: Keseimbangan Budaya dan Takut terhadap Egomania
Real Madrid dikenal sebagai klub yang gemar dengan keajaiban individu ketimbang kerangka permainan taktis. Alonso, pelatih yang metodis dan terlibat secara rinci di lapangan, berbeda dari model pragmatis pelatih sebelumnya yang lebih menjaga harmonisasi ruang ganti daripada taktik penuh kontrol.
Namun, Real tampak terbuka menerima perubahan, terutama dengan komposisi tim yang kini lebih muda dan dukungan penuh terhadap proyek Alonso—termasuk dalam rekrutmen dan staffing teknis.
📉 Hasil Awal dan Agenda ke Depan
-
Real menghentikan tanpa gelar dalam satu musim penuh (La Liga, Copa del Rey, Liga Champions) untuk pertama kali sejak 2021, membuka ruang besar bagi Alonso untuk membuktikan kapasitasnya.
-
Era Alonso diawali dengan hasil imbang melawan Al Hilal (1‑1), kemudian kemenangan solid atas Pachuca dan RB Salzburg, lalu tembus ke perempat final melawan Dortmund, sebelum akhirnya kalah telak 0‑4 dari PSG di semifinal. Kekalahan ini menunjukkan bahwa masih ada banyak pekerjaan rumah, terutama soal integrasi Mbappé dan konsistensi skema permainan.
🔍 Kesimpulan
Xabi Alonso datang membawa visi taktik modern dan konsistensi, serta ambisi merevitalisasi mentalitas dan level permainan tiga bintang muda Real Madrid. Dengan dukungan klub dan kombinasi strategi struktural dan psikologis, ia berupaya mengembalikan kejayaan Real yang sempat hilang.
Kunci keberhasilan: adaptasi budaya klub yang penuh egomania, keberanian berbelanja tepat mantap oleh manajemen, dan konsistensi implementasi taktis sepanjang musim.
Baca Juga: Ousmane Dembele Calon Kuat Ballon d’Or 2025: 35 Gol dan Treble PSG