1. Laju Tak Terkalahkan dan Dominasi Grup
Portugal tampil impresif sepanjang fase grup League A1, merebut 13 poin dari 5 laga (4 menang, 1 imbang) tanpa kekalahan, termasuk kemenangan telak atas Polandia 5‑1. Kekuatan ofensif mereka terlihat jelas melalui aksi Cristiano Ronaldo (dua gol dan satu assist), Rafael Leão, Bruno Fernandes, dan Pedro Neto.
2. Semifinal Melawan Denmark: Balas Dendam yang Meyakinkan
Setelah kalah 0‑1 di leg pertama, Portugal membalas dengan luar biasa di leg kedua (5‑2), menang agregat 5‑3. Semangat dan determinasi mereka terbukti saat Trincão menyelamatkan permainan di menit-menit akhir, serta Ronaldo yang kembali jadi penentu keadaan.
“Trincao saved Martinez ass from being fired.”
3. Vitinha, Kunci Perubahan Taktik
Dalam babak semifinal melawan Jerman, pelatih Roberto Martínez mengubah taktik dengan memasukkan Vitinha, yang langsung membalikkan keadaan: gol Conceição dan Ronaldo tercipta berkat skema dari Vitinha. Aksi ini membuktikan kedalaman skuad dan fleksibilitas strategi Portugal.
4. Ronaldo—Tetap Mesin Gol Usia 40 Tahun
Meski sudah berusia 40 tahun, Cristiano masih tajam. Statistik mencatat hingga semifinal, ia memiliki rata-rata 0,81 gol per laga, dengan total 18 gol dan 4 assist di bawah kepemimpinan Martínez—fase terbaiknya dalam katalognya. Gol semata wayangnya di semifinal melawan Jerman mempertegas perannya sebagai jenderal lapangan .
5. Roberto Martínez: Pembaruan dan Ambisi
Sejak ditunjuk, Martínez memenangkan 20 dari 28 laga (71% kemenangan) dengan rata-rata 2,32 poin per pertandingan—statistik terbaik sejak 2019. Ia juga menggunakan Nations League untuk rotasi skuad dan pengujian pemain, sebagai persiapan menuju Piala Dunia 2026.
🏟️ Preview Final vs Spanyol (8 Juni 2025, Allianz Arena, Munich)
-
Head-to-head & sejarah: Ini adalah final perdana antara dua negara Iberia; Spanyol dan Portugal telah bertemu 40 kali sebelumnya—Spanyol unggul 17 kemenangan, Portugal 6, serta 17 imbang.
-
Momentum Spanyol: La Roja tak terkalahkan dalam 19 laga terakhir sejak Maret 2024, sehingga mereka menjadi favorit ringan.
-
Pujian dari sang lawan: Menjelang final, pelatih Spanyol Luis de la Fuente menyanjung Cristiano sebagai “irrepetible y leyenda”. Sementara Roberto Martínez memuji Spanyol sebagai “equipazo” meski tetap percaya diri.
-
Faktor X: Yamal (17) dari Spanyol dan Vitinha dari Portugal. Ronaldo juga memprediksi Yamal bakal bersinar—sebuah bukti saling respek keduanya.
🔍 Kesimpulan
Portugal tampil sebagai kekuatan besar di Nations League:
-
Rekor tak terkalahkan sejak fase grup.
-
Semangat juang tinggi, terutama dalam semifinal comeback dan kemenangan final.
-
Skuad dalam kondisi prima, dengan kedalaman dan fleksibilitas taktik.
-
Ronaldo masih jadi tumpuan utama dan kapten inspiratif.
-
Martínez bawa identitas kuat dan persiapan matang jelang Piala Dunia 2026.
Final melawan Spanyol kali ini bukan hanya tentang gelar, tapi juga pembuktian identitas baru: Portugal sebagai kombatan matang dengan ambisi kontinuitas—sementara Spanyol datang dengan trend tak terkalahkan dan tekanan untuk mempertahankan titel juara.
Baca Juga: Lupakan Juventus, Antonio Conte Putuskan Tetap Melatih Napoli Musim Depan